Takdir Kemana Melangkah - Pesugihan Muslim
Ada sebuah hadits shahih yang mungkin cukup sulit dipahami jika tidak
ada penjelasan lanjutan dari Rasulullah. Hadits tsb berkaitan dengan nasib atau
takdir Allah Swt bagi manusia apakah
akan bahagia atau celaka, serta akhir kehidupan manusia apakah akan menjadi
penghuni surga atau neraka.
Hadits ini yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dalam Shahih-nya, pada
kitab Bada’ul Khalq Bab Dzikrul Mala’ikah no. 3208, kitab Ahaditsul Anbiya no.
3332 dan Imam Muslim dalam Shahih-nya, pada kitab al-Qadar no. 2643 yang
berbunyi:
Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menuturkan kepada kami, dan beliau adalah ashshadiqul mashduq (orang yang benar
lagi dibenarkan perkataannya), beliau bersabda, ‘Sesungguhnya seorang dari
kalian di kumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam
bentuk nuthfah, kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) seperti itu pula.
Kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) seperti itu pula. Kemudian seorang
malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya dan diperintahkan
untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan
celaka atau bahagianya.
Maka demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak
diibadahi dengan benar melainkan Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli
surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta, tetapi
catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka
dengan itu ia memasukinya.
Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian
beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga jarak antara dirinya dengan neraka
hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal
dengan amalan ahli surga, maka dengan itu ia memasukinya.’”
Syaikh Muhammad bin
Shalih al-Utsaimin menjelaskan bahwa di sana, dan segala puji bagi Allah,
terdapat nash-nash lain yang melegakan orang-orang mukmin dengan menghilangkan
rasa kekhawatirannya yang berkaitan dengan hadits ini. Di antaranya adalah
bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam kemudian bersabda,
“Tidaklah ada seorang pun dari kalian melainkan
telah dituliskan (ditetapkan) tempat duduknya di surga dan tempat duduknya di
neraka.” Bertanyalah para sahabat, “Ya Rasulullah, (kalau begitu) apakah tidak
(sebaiknya) kita pasrah saja terhadap tulisan itu dan kita tinggalkan
amalan-amalan itu.” Beliau menjawab, “ Beramallah kalian, (sesungguhnya)
tiap-tiap diri itu akan dimudahkan (jalan menuju) apa-apa yang telah Allah ciptakan (tetapkan), adapun ahli
keberuntungan mereka pun akan dimudahkan (jalan menuju) amalan ahli
keberuntungan, sedangkan ahli celaka, mereka pun akan dimudahkan (jalan menuju)
amalan ahli celaka.” [HR Bukhari Juz 6
Kitab at-Tafsir]
Kemudian beliau membaca
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Adapun
orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan
adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya
jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup,
serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya
(jalan) yang sukar.” (QS al-Lail ayat 5-10)
Jadi ini adalah sebuah penjelasan bagi kita dari Rasulullah SAW, yaitu
ketika kita beramal dengan perbuatan-perbuatan ahli keberuntungan/ ahli surga
maka kita akan dituliskan termasuk golongannya ahli keberuntungan/ ahli surga.
Demikian juga sebaliknya apabila kita melakukan perbuatan-perbuatan ahli neraka
maka kita termasuk golongan ahli neraka.
Hal ini karena “jalan menuju” kearah tsb akan dimudahkan oleh Allah Swt
kepada kita. Hal ini berarti :
Þ
Jika
awalnya kita sudah ditulis sebagai ahli surga, maka jalan menuju ke amalan ahli
surga akan dimudahkan, dan jalan menuju amalan ahli neraka akan dipersulit..
tapi bukan berarti karena amalan ahli neraka jadi sulit kemudian kita tidak
bisa melakukannya atau terjerumus ke arah sana? Karena semuanya merupakan
pilihan kita dalam menjalani kehidupan ini. Walaupun sulit tapi karena iman
kita lemah kemudian kita lakukan juga amalan ahli neraka, maka tercatatlah kita
sebagai ahli neraka!
Contohnya adalah :
Misal kita dilahirkan dikalangan pesantren, anak kyai dan hidup dalam
lingkungan agamis.. hal ini seakan
(mungkin) kita sebelumnya sudah ditulis sebagai ahli surga karena jalan menuju
amalan kebaikan dimudahkan, dari belajar al Quran, ngaji, sholat jamaah, puasa dll semuanya mendukung dan
mudah.
Untuk amalan ahli neraka mungkin jadi sulit, karena lingkungan tidak
mendukung untuk free sex, untuk dugem, untuk narkoba dll.. tapi bukan tidak
mungkin dalam perjalanan hidup kita, setelah sekolah ke kota dengan lingkungan
yang modern kemudian mempengaruhi kita untuk terjerumus ke pergaulan bebas,
sehingga amalan nerakapun mulai kita kerjakan satu-satu. Jika kita mati dan
belum sempat bertobat, masih dalam mengamalkan amalan ahli neraka maka kita
akan tercatat sebagai ahli neraka walaupun (mungkin) awalnya kita dicatat
sebagai ahli surga.
Þ
Jika
awalnya kita sudah ditulis sebagai ahli neraka, maka jalan menuju ke amalan
ahli neraka akan dimudahkan, dan jalan menuju amalan ahli surga akan
dipersulit.. tapi bukan berarti karena amalan ahli surga jadi sulit kemudian
kita tidak bisa melakukannya? Dan sekali lagi karena semuanya merupakan pilihan
kita dalam menjalani kehidupan ini. Walaupun sulit tapi kita pantang menyerah
kemudian kita lakukan juga amalan ahli surga, maka tercatatlah kita sebagai
ahli surga!
Contohnya adalah :
Misalnya lagi, kita dilahirkan dilingkungan yang bersebelahan dengan
lokalisasi, dimana sex bebas, orang mabuk dimana-mana, orang judi nomer dan
judi kartu bebas aja, orang tawur karena masalah sepele, preman peras memeras
mengambil yang bukan haknya, dll.. hal
ini seakan (mungkin) kita sebelumnya sudah ditulis sebagai ahli neraka
karena jalan menuju amalan neraka dimudahkan, mungkin sulit untuk melakukan
amalan ahli surga karena lingkungan tidak mendukung.. mau sholat jamaah kemesjid
jauh, mau ngaji nggak tenang karena lingkungan berisik dengan lagu dangdut
sepanjang malam? Tapi bukan tidak mungkin perjalanan hidup kita memutuskan
untuk pindah tempat dan kemudian kita mau berubah mengerjakan amalan ahli
surga, maka tercatatlah kita sebagai ahli surga walaupun pada awalnya kita
dicatat sebagai ahli neraka.
Wallahu a’lam bish-shawabi… (hanya Allah yang Mahatahu
Kebenarannya)
No comments:
Post a Comment